Masalah Pada tahun 2005 terjadi peningkatan jumlah anak berkesulitan belajar, terutama penyandang autisme. Mengingat di Negara kita belum ada upaya yang sistimatis untuk menanggulangi kesulitan belajar anak autisme, maka diperlukan upaya untuk meningkatkan pelayanan pendidikan secara umum. Peningkatan pelayanan pendidikan itu diharapkan dapat menampung anak autisme lebih banyak serta meminimalkan problem belajar terutama pada anak-anak autisme (learning problem). Salah satu upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan dan pendidikan anak autisme diperlukan pendidikan integrasi dan implementasinya dalam bentuk group/kelas (sekolah), individu (one on one) serta pembelajaran individual melalui modifikasi perilaku.
Pendidikan Integratif
Konsep pendidikan integratif memiliki penafsiran yang bermacam-macam antara lain:
- Menempatkan anak autisme dengan anak normal secara penuh
- Pendidikan yang berupaya mengoptimalkan perkembangan fungsi kognitif, efektif, fisik, intuitif secara integrasi
- Mengintegrasikan anak autisme dengan anak normal sepenuhnya
- Mengintegrasikan pendidikan anak autisme dengan pendidikan pada umumnya
- Mengintegrasikan dan mengoptimalkan perkembangan kognisi, emosi, jasmani, intuisi, pada autisme
- Mengintegrasikan apa yang dipelajari disekolah dengan tugas masa depan
- Mengintegrasikan manusia sebagai mahluk individual sekaligus mahluk sosial
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa banyak anak autisme yang belajar bersama anak normal, tetapi mereka tidak memperoleh pelayanan pendidikan secara memadai atau mereka tidak mendapatkan sekolah dengan alasan yang tidak jelas. Penyebabnya adalah kurangnya sumber daya manusia dan banyak tenaga ahli yang belum memiliki pengetahuan yang cukup tentang anak autisme atau rasio penyelenggaraan yang sangat mahal, sehingga masih sedikit sekolah yang mau menerima anak autisme karena berbagai alasan diatas. Menyelenggarakan pendidikan integrasi disekolah merupakan kemajuan yang baik, tetapi tidak semudah membalikkan tangan. Namun kita harus berani memulai supaya anak autisme mendapat tempat dan penanganan yang terbaik.
Dimanakah Anak Autisme Harus Sekolah
Komunitas autisme di Jakarta sudah mencapai populasi yang besar dan belum ada sisitem pendidikan yang sistematis. Kalaupun ada biayanya mahal atau belum ada sekolah yang benar-benar sesuai. Tidak ada yang salah dalam situasi ini, baik lembaga, orang tua atau para ahli, mengingat masalah autisme ini masih tergolong baru. Penulis hendak menekankan dengan pemikiran yang sederhana tentang penanganan pendidikan autisme secara benar, dapat digunakan oleh semua kalangan, serta dapat membantu memberikan gambaran anak ini akan dibawa kemana. Kondisi yang harus kita terima sangat berat pada saat anak kita divonis autisme seakan semua pintu telah tertutup, semua jalan jadi buntu, semua kesempatan sudah terlambat. Hanya mukjizat yang akan datang dari Allah. Keadaan yang berat timbul pada saat mengetahui anak kita mengalami hambatan dalam perkembangan dan pertumbuhan dan saat anak memiliki cukup umur harus masuk sekolah.
Beberapa lembaga pendidikan (sekolah) yang selama ini menerima anak autis adalah sebagai berikut;
- Anak Autis di sekolah Normal dengan Integrasi penuh
- Anak Autis di sekolah Khusus
- Anak Autis di SLB
- Anak Autis hanya menjalani terapi.
Biasanya sebelum sekolah anak-anak ini sudah mendapatkan penanganan dari berbagai ahli seperti : dokter syaraf, dokter specialis anak (Pediatri), Psikologi, Terapi wicara, OT, Fisioterapi,Orthopedagog (Guru khusus). dengan perkembangan dan perubahan sendirisendiri, ada yang maju pesat tapi ada yang sebaliknya. Menurut saya, kebanyakan orang tua penyandang autisme menginginkan sekolah sebagai status anak, tetapi jangan bersikap tidak realistis dengan tidak berbuat apa-apa karena mengintegrasikan anak autisme dengan anak normal secara penuh harus dengan suatu konsep, perhitungan yang matang dan kerja keras.
Kebanyakan sekolah juga belum memiliki jawaban yang baik untuk saat ini. Yang ada orang tua dan guru-guru sekolah harus bekerja sama, bersikap terbuka, selalu komunikasi untuk membuat perencanaan penanganan dengan tehnik terbaik. Langkah-langkah penerimaan oleh sekolah:
- Tentukan jumlah anak autisme yang akan diterima misal, dua anak dalam satu kelas dan lain-lain.
- Lakukan tes untuk melihat kemampuan serta menyaring anak
- Setelah tes, wawancara orang tua untuk melihat pola pikirnya, apa tujuan memasukkan anak ke sekolah.
- Buatlah kerangka kerja dan hasil observasi awal.
- Susun bagaimana mengatur evaluasi anak dalam hal: siapa yang
bertanggung jawab mengawasi, menerima complain, periode laporan perkembangan dan lain-lain. - Buatlah kesepakatan antara orang tua dan sekolah bahwa hasil yang dicapai adalah paling optimal.
Parameter Apakah Yang Dapat Membantu
NO | EVALUASI | A | B | C |
Akademis | ||||
1 | Berhitung 1-10, 1-20 baik dengan atau tanpa papan, irama dan dan ketukan wajar, maju dan mundur | |||
2 | Mampu mengidentifikasi dan menulis angka | |||
3 | Mengenal semua bentuk dengan cepat | |||
4 | Mengenal warna dengan cepat | |||
5 | Mampu mengenal semua bentuk huruf dengan cepat | |||
6 | Mampu mendeskripsikan suatu topik tunggal / sederhana | |||
7 | Mampu menggambarkan sederhana | |||
8 | Mampu mengingat 2-3 digit, membedakan benda yang sejenis | |||
9 | Mampu memilih obyek dan gambar yang hampir sama | |||
10 | Mampu mengenal simbol-simbol sederhana | |||
11 | Bahasa yang dia pakai dapat kita mengerti atau sebaliknya | |||
12 | Mampu membedakan arak kiri, kanan, atas, dan bawah | |||
13 | Memberikan jumlah yang kita minta antara 1-9 | |||
Ketrampilan sosial dan tingkah laku | ||||
1 | Prilaku kontrol diri dalam lingkungan | |||
2 | Kontak mata | |||
3 | Perhatian dan Konsentrasi | |||
4 | Kemampuan Mendengarkan | |||
5 | Diam dan Menunggu | |||
6 | Berbagi giliran dengan teman | |||
7 | Berkunjung ( Visiting) | |||
8 | Mengirim Pesan sederhana | |||
9 | Menjawab Pertanyaan sederhana yang berhubungan dengan identitas dirinya | |||
10 | Merespon perintah sederhana yang familiar dan sering digunakan dalam aktivitas sehari- hari | |||
11 | Mengenal orang dan tempat yang familiar | |||
Keterampilan Berkomunikasi | ||||
1 | Kemampuan dasar berinisiatif | |||
2 | Mampu mengekspresikan kebutuhan-kebutuhan dasar anak | |||
3 | Menyatakan ya atau tidak yang berhubungan dengan pribadi anak | |||
4 | Kemampuan memilih | |||
Pelaksanaan Aktivitas sehari-hari | ||||
1 | Toilet raining | |||
2 | Makan dengan sendok dan garpu | |||
3 | Mampu memakai celana, jaket, baju, sepatu tanpa bantuan | |||
4 | Mengancingkan baju | |||
5 | Merawat dan memperhatikan barang sendiri | |||
6 | Mandi dan menggosok gigi |
Keterangan:
A: Mampu / Mandiri/ excellent
B: di arahkan/ dibantu minimal
C: di bantu penuh
Jika anak kita (Autis) menguasai ketrampilan antara
- A = 25 < 34 Termasuk anak yang ringan (mild)/High Function
- A = 15 < 24 Termasuk anak yang sedang/sedang (Severed)
- A Kurang dari 15 Termasuk anak yang berat (Low Function)
Dengan parameter diatas kita akan mampu mengidentifikasi anak-anak dengan lebih akurat, bukan menitik beratkan pada berat dan ringan kondisi anak, akan tetapi untuk memudahkan pihak-pihak yang bersangkutan dan orang tua agar mengerti apa yang harus dilakukan, guru mampu membuat program dengan akurat untuk anak, lembaga dapat menyeleksi anak sesuai kapasitas dan kebutuhan. Anak-anak autis ringan seperti: asperger, ADHD, ADD, memungkinkan untuk di intergrasikan penuh dengan anak normal karena biasanya anak- anak ini memiliki kecerdasan dan kemampuan yang cukup.
Untuk mengintegrasikan anak ini ada hal-hal lain yang dapat dijadikan pertimbangan:
- Seberapa besar gangguan/kekacauan yang dapat timbul karena anak autis ini.
- Berapa persentase dari kurikulum yang dapat digunakan dan dijangkau oleh anak autis.
- Seberapa siap tenaga ahli/guru menangani dan mengelola kelas yang di dalamnya terdapat anak autis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar